"TEKNOLOGI ADALAH KARYA TERBESAR YANG KITA HADIAHKAN BAGI GENERASI MENDATANG"

Selasa, 12 Mei 2015


Teknologi informasi Teknologi informasiPeran Teknologi Informasi dalam Pembinaan Teritorial

Oleh :Kolonel Arm Wing Handoko, S.T


“ Sistem Pertahanan Semesta (SISHANTA) harus mendapat dukungan rakyat dalam upaya melakukan perang berlarut (asymmetric warfare), karena tanpa dukungan rakyat TNI tidak  berarti apa-apa. Ibarat ikan dengan air maka TNI selalu dekat dengan rakyat (Kemanunggalan TNI-Rakyat) guna melindungi dan membela rakyatnya.”

 Teknologi informasi
Sebagian besar pandangan masyarakat menyatakan bahwa militer profesional adalah militer yang berperang secara konvensional, didukung oleh Alutsista yang modern dengan daya tempur yang tinggi, bertempur dalam jenis perang tertentu, dinilai sudah kurang relevan lagi. Hal ini disampaikan oleh mantan Sekretaris Pertahanan Amerika Serikat Robert Gates “The old paradigm of looking at potential conflicts as either regular or irregular war, conventional or unconventional, high-end or low is no longer relevant."    

Perkembangan Teknologi saat ini mampu memberikan informasi kepada prajurit secara real time tentang ancaman yang mereka hadapi dan memberi solusi bagi para prajurit tentang apa yang harus dilakukan. Bahkan saat ini mereka secara individual juga dapat langsung mengakses informasi itu melalui perangkat genggam (handheld) yang mereka bawa.
Disamping keunggulannya, karena kemudahan pengoperasiannya dalam mendukung proses pengambilan keputusan, Teknologi informasi juga dapat digunakan dalam mendukung konsep penaklukan tanpa melaksanakan perang secara fisik yaitu menggunakan konsep perang informasi melalui sarana media massa, mailing list, dan bahkan sekarang ini menggunakan apa yang disebut sebagai media sosial (social media). Media sosial, seperti Twitter, Facebook, BB Messenger dan sebagainya, merupakan satu sarana yang cukup ampuh dalam rangka mendukung perang hibrida, bahkan dari pengalaman akhir-akhir ini di Timur Tengah dengan Arab Spring nya yaitu media sosial mampu membuat revolusi di Tunisia, Mesir, Libya dan sekitarnya. Gambar berikut ini menunjukkan bahwa media sosial mempunyai kecepatan yang tinggi dalam menyampaikan informasi dengan sangat efektif.

Sesuai ilustrasi di atas maka masyarakat yang mengakses ke media sosial akan mengetahui terlebih dahulu akan adanya satu kejadian sebelum media umum seperti radio, TV, internet umum, koran menyebarkan berita tersebut. Dengan konsep ini maka untuk dapat mengetahui informasi secara dini adalah mau tidak mau masuk kedalam media sosial.  Khusus untuk pemanfaatan teknologi informasi di bidang teritorial dalam meningkatkan ketahanan wilayah diperlukan satu langkah terobosan melalui pelaksanaan pembinaan ketahanan wilayah (Bintahwil). Bintahwil selama ini dilakukan dengan cara manual melalui tatap muka untuk menyampaikan pesan kesadaran bela negara dengan tujuan akhir adalah perlawanan rakyat guna menangkal setiap ancaman yang datang. Seiring dengan kemajuan teknologi maka penyampaian pesan saat ini dapat dilakukan secara efektif melalui media sosial, internet dan media lokal lainnya. Untuk dapat melakukan ini maka personel teritorial dituntut untuk paling tidak melek komputer (computer literate), mempunyai kemampuan komunikasi yang baik dan mempunyai kemampuan untuk menyampaikan pesan kepada komunitas disekitarnya melalui media digital yang dianggap paling efektif di wilayah tersebut.



Oleh karena itu dalam rangka pembinaan teritorial  konsep rumah pintar yang selama ini dikembangkan oleh pemerintah dapat diadopsi menjadi Pos Teritorial. Secara singkat sarana ini terdiri dari satu rumah sederhana / gubug ditambah dengan fasilitas komputer dan akses internet. Rumah sederhana ini idealnya dibangun di lokasi yang strategis dimana banyak orang dapat berkumpul. Ketika banyak orang berkumpul disatu tempat, maka hal itu dapat dimanfaatkan untuk tempat menyebarkan informasi kepada masyarakat. Apabila komputer yang dilengkapi internet ini sudah diprogram oleh pihak teritorial untuk memberikan informasi-informasi yang sangat berguna bagi masyarakat maka masyarakat akan memperoleh manfaat yang sangat besar. Rumah sederhana ini ketika sudah mampu menjadi tempat berkumpul dan bertukar berbagi informasi maka otomatis sudah menjadi CIP (community intelligence point). Apabila sudah menjadi community intelligence point maka sarana ini sudah menjadi sarana untuk melawan perang informasi. Persoalan selanjutnya adalah bagaimana para Babinsa atau aparat teritorial ini mampu memanfaatkan teknologi ini dengan baik, karena hal ini menjadi prasyarat awal untuk menjalankan konsep Bintahwil melalui media digital.

Sarana berikutnya adalah satu perangkat lunak sederhana yang mengadopsi konsep “kentongan”. Kentongan sebagai sarana komunikasi pada masa lalu mempunyai efektifitas yang sangat tinggi. Namun di jaman yang sudah digital ini, konsep tersebut perlu dikembangkan menjadi “kentongan digital”. Konsep ini sebenarnya sudah dilakukan oleh POLRI dengan konsep Community Policing, dengan membagikan perangkat handy talkie kepada pengurus RT/RW dan tokoh masyarakat, namun kegiatan ini berbiaya mahal karena harga handy talkie cukup mahal dan pemeliharaannya relatif lebih sulit. Namun apabila menggunakan konsep kentongan digital, biaya dan pemeliharaannya relatif lebih mudah dan murah. 

Sarana ini terdiri dari perangkat sederhana berupa komputer sederhana dan SMS gateway yang dipasang di komando teritorial seperti Koramil, sedangkan fasilitas penerimanya menggunakan handphone yang saat ini harganya sudah sangat terjangkau dan sudah hampir dimiliki oleh seluruh warga. (Berdasarkan data yang ada saat ini sudah lebih dari 250 juta handphone beredar di Indonesia). Sarana ini, perangkat komputer dan SMS gateway yang dilengkapi perangkat lunak yang dengan mudah dibuat dapat digunakan sebagai sarana menyebarkan informasi kepada baik seluruh masyarakat, tokoh masyarakat maupun daftar kontak yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
 Dengan sarana ini maka Koramil dapat memberikan peringatan dini sebagai bagian dari konsep lapor cepat dan temu cepat yang harus dilaksanakan oleh setiap aparat teritorial. Apabila sistem ini dihubungkan dengan Pos Teritorial  di atas maka akan menjadi sarana pelayanan publik bagi satuan Komando Wilayah dalam menyebarkan informasi yang baik tentang teritorial dan hal-hal baik yang dilakukan oleh TNI AD dari sumber yang dapat dipercaya

Demikian tulisan tentang peran teknologi informasi dalam pembinaan teritorial  yang dapat penulis tuangkan sebagai sumbangan pemikiran bagi TNI AD. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan essay ini, sehingga koreksi dan arahan yang membangun sangat dibutuhkan guna mendukung perbaikan kedepan.

Denpasar,      Mei  2015
KepalaInfolahtadam IX/Udayana



Wing Handoko, S.T
Kolonel Arm NRP 31273

Tidak ada komentar:

Posting Komentar