Peran
Teknologi Informasi dalam Pembinaan Teritorial
Oleh :Kolonel Arm Wing Handoko,
S.T
“ Sistem Pertahanan Semesta (SISHANTA) harus mendapat dukungan rakyat dalam upaya
melakukan perang berlarut (asymmetric
warfare), karena tanpa dukungan rakyat TNI tidak berarti apa-apa.
Ibarat ikan dengan air maka TNI selalu dekat dengan rakyat (Kemanunggalan
TNI-Rakyat) guna melindungi dan membela rakyatnya.”
Teknologi informasi
Sebagian
besar pandangan
masyarakat
menyatakan bahwa militer profesional adalah militer yang berperang secara
konvensional, didukung oleh Alutsista
yang modern dengan daya tempur yang tinggi, bertempur dalam jenis perang
tertentu, dinilai sudah kurang relevan lagi. Hal ini disampaikan oleh mantan
Sekretaris Pertahanan Amerika Serikat Robert Gates “The old paradigm of
looking at potential conflicts as either regular or irregular war, conventional
or unconventional, high-end or low is no longer relevant."
Perkembangan
Teknologi saat ini mampu memberikan informasi kepada prajurit secara real
time tentang ancaman yang mereka hadapi dan memberi solusi bagi para
prajurit tentang apa yang harus dilakukan. Bahkan saat ini mereka secara
individual juga dapat langsung mengakses informasi itu melalui perangkat genggam
(handheld) yang mereka bawa.
Disamping
keunggulannya, karena kemudahan pengoperasiannya dalam mendukung proses
pengambilan keputusan, Teknologi informasi juga dapat digunakan dalam mendukung
konsep penaklukan tanpa melaksanakan perang secara fisik yaitu menggunakan
konsep perang informasi melalui sarana media massa, mailing list, dan
bahkan sekarang ini menggunakan apa yang disebut sebagai media sosial (social
media). Media sosial, seperti Twitter, Facebook, BB Messenger dan
sebagainya, merupakan satu sarana yang cukup ampuh dalam rangka mendukung
perang hibrida, bahkan dari pengalaman akhir-akhir ini di Timur Tengah dengan Arab
Spring nya yaitu media sosial mampu membuat revolusi di Tunisia, Mesir,
Libya dan sekitarnya. Gambar berikut ini menunjukkan bahwa media sosial
mempunyai kecepatan yang tinggi dalam menyampaikan informasi dengan sangat
efektif.
Sesuai
ilustrasi di atas maka masyarakat yang mengakses ke media sosial akan
mengetahui terlebih dahulu akan adanya satu kejadian sebelum media umum seperti
radio, TV, internet umum, koran menyebarkan berita tersebut. Dengan konsep ini
maka untuk dapat mengetahui informasi secara dini adalah mau tidak mau masuk
kedalam media sosial. Khusus untuk
pemanfaatan teknologi informasi di bidang teritorial dalam meningkatkan
ketahanan wilayah diperlukan satu langkah terobosan melalui pelaksanaan
pembinaan ketahanan wilayah (Bintahwil).
Bintahwil selama ini dilakukan dengan cara manual melalui tatap muka untuk
menyampaikan pesan kesadaran bela negara dengan tujuan akhir adalah perlawanan
rakyat guna menangkal setiap ancaman yang datang. Seiring dengan kemajuan
teknologi maka penyampaian pesan saat ini dapat dilakukan secara efektif
melalui media sosial, internet dan media lokal lainnya. Untuk dapat melakukan
ini maka personel teritorial dituntut untuk paling tidak melek komputer (computer
literate), mempunyai kemampuan komunikasi yang baik dan mempunyai kemampuan
untuk menyampaikan pesan kepada komunitas disekitarnya melalui media digital
yang dianggap paling efektif di wilayah tersebut.
Oleh
karena itu dalam rangka pembinaan
teritorial konsep rumah pintar yang
selama ini dikembangkan oleh pemerintah dapat diadopsi menjadi Pos Teritorial.
Secara singkat sarana ini terdiri dari satu rumah sederhana / gubug ditambah
dengan fasilitas komputer dan akses internet. Rumah sederhana ini idealnya
dibangun di lokasi yang strategis dimana banyak orang dapat berkumpul. Ketika
banyak orang berkumpul disatu tempat, maka hal itu dapat dimanfaatkan untuk
tempat menyebarkan informasi kepada masyarakat. Apabila komputer yang
dilengkapi internet ini sudah diprogram oleh pihak teritorial untuk memberikan
informasi-informasi yang sangat berguna bagi masyarakat maka masyarakat akan
memperoleh manfaat yang sangat besar. Rumah sederhana ini ketika sudah mampu
menjadi tempat berkumpul dan bertukar berbagi informasi maka otomatis sudah
menjadi CIP (community intelligence point). Apabila sudah menjadi community
intelligence point maka sarana ini sudah menjadi sarana untuk melawan
perang informasi. Persoalan selanjutnya adalah bagaimana para Babinsa atau aparat teritorial ini
mampu memanfaatkan teknologi ini dengan baik, karena hal ini menjadi prasyarat
awal untuk menjalankan konsep Bintahwil
melalui media digital.
Sarana
berikutnya adalah satu perangkat lunak sederhana yang mengadopsi konsep
“kentongan”. Kentongan sebagai sarana komunikasi pada masa lalu mempunyai
efektifitas yang sangat tinggi. Namun di jaman yang sudah digital ini, konsep
tersebut perlu dikembangkan menjadi “kentongan digital”. Konsep ini
sebenarnya sudah dilakukan oleh POLRI dengan konsep Community Policing,
dengan membagikan perangkat handy talkie kepada pengurus RT/RW dan tokoh
masyarakat, namun kegiatan ini berbiaya mahal karena harga handy talkie
cukup mahal dan pemeliharaannya relatif lebih sulit. Namun apabila menggunakan
konsep kentongan digital, biaya dan pemeliharaannya relatif lebih mudah dan
murah.
Sarana
ini terdiri dari perangkat sederhana berupa komputer sederhana dan SMS
gateway yang dipasang di komando teritorial seperti Koramil, sedangkan
fasilitas penerimanya menggunakan handphone yang saat ini harganya sudah sangat
terjangkau dan sudah hampir dimiliki oleh seluruh warga. (Berdasarkan data yang
ada saat ini sudah lebih dari 250 juta handphone beredar di Indonesia).
Sarana ini, perangkat komputer dan SMS gateway yang dilengkapi perangkat
lunak yang dengan mudah dibuat dapat digunakan sebagai sarana menyebarkan
informasi kepada baik seluruh masyarakat, tokoh masyarakat maupun daftar kontak
yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Dengan sarana ini maka Koramil dapat
memberikan peringatan dini sebagai bagian dari konsep lapor cepat dan temu
cepat yang harus dilaksanakan oleh setiap aparat teritorial. Apabila sistem ini
dihubungkan dengan Pos
Teritorial di atas maka akan menjadi sarana pelayanan
publik bagi satuan Komando
Wilayah dalam
menyebarkan informasi yang baik tentang teritorial dan hal-hal baik yang
dilakukan oleh TNI AD dari sumber yang dapat dipercaya
Demikian tulisan tentang peran
teknologi informasi dalam pembinaan teritorial yang dapat penulis tuangkan sebagai sumbangan pemikiran
bagi TNI AD. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan essay ini, sehingga koreksi
dan arahan yang membangun sangat dibutuhkan guna mendukung perbaikan kedepan.
Denpasar, Mei
2015
KepalaInfolahtadam
IX/Udayana
Wing Handoko, S.T
Kolonel Arm NRP 31273
Tidak ada komentar:
Posting Komentar